Search this blog


Home About Contact

KISI-KISI SOAL CPNS

Rabu, 14 Desember 2011

Hakekat Masyarakat dalam Pendidikan  

BAB I
PENDAHULUAN
                  
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara. Selain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah pendidikan juga dapat berlangsung didalam lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada lingkungan keluarga dan sekolah.
Masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan seorang anak. Oleh karena itu hendaknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memiliki keterikatan yang sangat kuat. Karena masyarakat merupakan pembantu pada proses pematanagn individu sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat.
Perilaku masyarakat yang seperti itu nyatanya didorong karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dalam diri pribadi masing-masing ataupun pengaruh lingkungan. Peran masyarakat dalam pendidikan yang besar menjadi sedikit terbengkalai dan dikesampingkan.
Masyarakat memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya perihal sikap mereka yang apatis terhadap dunia pendidikan. Karena sesungguhnya manusia diciptakan berbeda, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan, kemudahan serta kesulitan masing-masing.
Kecenderungan untuk menyepelekan pendidikan biasanya terjadi pada masyarakat yang memang kurang mendapatkan pengajaran yang layak. Mereka yang tidak merasakan efek baik dari pendidikan bagi kehidupan cenderung untuk lebih menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Padahal tanpa mereka sadari, peran masyarakat dalam pendidikan itu cukup besar.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dikemukan rumusan masalah sebagai berikut:
a.    Apa yang dimaksud Hekakat Masyarat?
b.   Bagaimana Pandangan Filosof Tentang Hakekat Masyarakat?
c.     Apa Peranan Masyarakat dalam Pendidikan Islam?
d.   Apa Kedudukan Masyarakat dalam Pendidikan Islam?

C.    TUJUAN MASALAH
a.       Agar Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui pengertian Hakekat Masyarakat
b.      Agar Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui Pandangan Filosofis tentang Hakekat Masyarakat dalam Pendidikan Islam
c.       Agar Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui peranan Masyarakat dalam Pendidikan Islam
d.      Agar Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui  Kedudukan Masyarakat dalam Pendidikan Islam


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN HAKEKAT MASYARAKAT
Tuntutan pengembangan sumber daya manusia darri waktu kewaktu semakin meningkat.Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan tersebut. Selain kleuarga dan sekolah, masyarakat memiliki perran tersendiri terhadap pendidikan. Peran dominan orang tua pada saat anak-anak dalam masa pertumbuhan hingga menjadi orang tua. Dan pada masa tersebut orang tua harus mampu memenuhi kebutuhan pook seorang anak. Sedangkan peran pada pendewasaan dan pematangan individu merupakan peran dari kelompok masayarakat.
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan tertentu. Sedangkan partisipasi masyarakat merupakan ikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan.[1]
Selama ini penyelennggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia terbatas pada keikut sertaan Anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan. Hal ini dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah dan negara. Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah namun harus dapat mewakili masyrakat itu sendiri dengan kepentingan mereka. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dilakukan secara individu atau kelompok, spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau sesaat.

B.     PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG HAKEKAT MASYARAKAT
Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban. Karena itu, bagaimana hakekat terbentuknya masyarakat tak dapat di pisahkan dengan usaha untuk mengerti peranan manusia di dalam masyarakat. Manusia adalah subyek di dalam masyarakat. Jadi uraian tentang masyarakat pasti di hubungkan dengan fungsi dan kedudukan manusia di dalam masyarakat. Teori-teori tentang masyarakat yang berkembang dan di anut dunia pada umumnya hingga dewasa ini adalah :
1.      Teori atomistic
Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya Negara seperti yang kita kenal sekarang (presocial state) manusia sebagai pribadi dan independent. Kebebasan dan kemerdekaan individu it dimilikinya sebagai anugerah Tuhan menurut kepercayaan kaum agama. Dengan kebebasan individu dan di dorong oleh motif dan tujuan tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat, sebagai suatu bentuk kehidupan bersama. Dengan demikian masyarakat dibentuk atas dasar kehendak bersama, untuk tujuan bersama para individu, yang kemudian menjadi warga masyarakat itu.
      Pribadi manusia sebagai individu kebebasan, kemerdekaan dan persamaan di antara manusia lainnya. Karena di dorong oleh kesadaran tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat, dan masyarakat dalam bentuknya yang formal adalah Negara. Oleh sebab itu masyarakat adalah perwujudan kontrak sosial, perjanjian bersama warga masyarakat itu.
      Tiap-tiap pribadi sebagai individu adalah sederajat dan di dalamkebersaman mereka itulah,untuk tujuan tertentu (kesejahteraan), terbentuk apa yang di kenal sebagai masyarakat. Hakekat masyarakat terutama pada individu-individu yang secara kodrati (alamiah) memiliki hak-hak asasi berupa hidup, kemerdekaan , hak milik, cita-cita dan sebagainya. Kedudukan individu adalah primer, sebab individu sebagai pribadi manusia adalah subyek pembentuk masyarakat. Individu merupakan asas, sebagai unit atau unsure terkecil terbentuknya wujud masyarakat. Dengan demikian individu seperti (analogis) atom-atom sebagai unsur terkecil pembentuk suatu wujud benda atau materi. Karena itu teori ini di sebut teori atomisme. Menurut bteori ini, pada hakekatnya individu itu adalah atom yang membentuk masyarakat.
      Meskipun masyarakat sebagai kesatuan meliputi keseluruhan warga masyarakat, individu-individu, individualitas pribadi tetap merupakan realita. Tiap-tiap individu dengan kebebasan dan kemauan pribadi, berpikir dan bertindak sendiri-sendiri. Bahkan secara umum, atas asas kebebasan , pikiran dan kemauan individu itulah kepada masing-masing pribadi di tuntut suatu tanggung jawab atas perbuatannya. Dari segi lain, prestasi seseorang di samping bernilai bagi sesamanya, terutama bernilai bagi diri pribadi. Hasrat untuk survive, harga diri, prestasi merupakan motif bagi eksistensi manusia. Antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat merupakan pula medan perbandingan prestasi antar individu. Demikian pula prestasi masyarakat hanyalah produk daripada prestasi seseorang atau beberapa orang warga masyarakat itu. oleh sebab itu, bagaimanapun kedudukan individu di dalam masyarakat merupakan asas utama atau menjadi subyek.
      Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi manusia adalah prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat berorientasi pada martabat manusia, terutama  self-respect. Artinya setiap praktek tentang kehidupan di dalam masyarakat selalu di arahkan bagi pembinaan hak-hak asasi manusia, demi martabat manusia.
      Masyarakat, kebersamaan sosial adalah hasil kemauan sukarela warga masyarakat untuk melakukan antar hubungan dan antar aksi untuk tujuan kesejahteraan. Masyarakat adalah perwujudan cita-cita, persamaan yang tersimpul dalam hak-hak asasi mereka. Tanpa asas-asas kemerdekaaan dan nilai-nilai hak-hak asasi individu itu, akan terjadi disentegrasi-sosial, dis-harmonis yang mengancam eksistensi masyarakat. Menyadari prinsip-prinsip itu tata kehidupan sosial menurut teori atomistic pasti berlandaskan nilai-nilai demokrasi. Manusia sebagai individu merupakan pusat orientasi, sebab manusia adalah subyek di dalam masyarakat, bahkan pada sebagian penganut teori ini manusia adalah tujuan hidup yang utama.  
2.      Teori Organisme
Pada dasarnya setiap  individu di lahirkan dan berkembang di dalam masyrakat. Manusia lahir di dalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Dengan perkataan lain, manusia lahir tanpa pilihan di mana, dalam masyarakat yang bagaimana, dan dalam keluarga apa ia harus lahir. Realita menunjukkan bahwa seseorang di lahirkan dalam keadaan tak berdaya. Hanya belas kasihan dan cinta keluargalah yang menjadi sumber hidupnya. Manusia lahir dalam wujud yang serba lemah, lahir dan bathin. Keadaannya dan perkembangannyaamat tergantung (dependent) kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan di dalam perkembangan menuju kedewasaan seseorang individu masih memerlukan bantuan orang lain. Misalnya dalam penyesuaian tuntutan hidup dalam arti luas, atau pendidikan tertentudemi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, adalah pula kenyataan bahwa kehidupan sosial sesungguhnya bersifat interdependensi (saling tergantung). Proses antar hubungan dan dan antar aksi hanyalah perwujudan daripada asas interpendensi itu. manusia saling membutuhkan sesamanya demi kelanjutan hidup dan kesejahteraannya.
Pada suku-suku tertentu di dalam masyarakat primitif, manusia harus hidup bersama,bekerja bersama untuk mempertahankan hidup, baik terhadap ancaman alamiah maupun musuh mereka. Dan di dalam masyarakat dengan peradaban yang relatif modern, manusia pun membutuhkan  kerjasama dan persatuan. Misalnya dalam serikat-serikat bekerja, organisasi-organisasi, partai-partai dan sebagainya. Hanya dalam wujud dan kondisi kebersamaan dalam interdependensi itulah realita masyarakat berlangsung. Dan dengan demikian adanya individu di dalam masyarakat, hanyalah karena dan di dalam wujud kebersamaan itu. Wujud kebersamaan masyarakat adalah primer, di bandingkan dengan wujud individu . bahkan individu tak mungkin ada, dan hidup terus tanpa kebersamaan dan tanpa bantuan sesamanya.
Makna individu hanyalah sebagai bagian atau unsur suatu organisme. Masyarakat adalah seperti satu tubuh suatu organisme, sedangkan individu adalah bagian-bagian daripada organisme itu. ini berarti kehendak, gerak tindak masyarakat bersifat utuh dalam melaksanakan fungsi yang di dorong atas kehendak dan kepentingan kebersamaan. Peranan individu adalah seperti fungsi bagian-bagian suatu tubuh organism, seperti tangan atau kaki dan alat-alat tubuh yang lain dalam gerak seseorang atau suatu organisme.
Sedemikian bulat kebersamaan di dalam masyarakat dalam teori organisme ini, sehingga individu kehilangan individualitasnya. Essensi masyarakat justru pada perwujudan kebersamaan yang interdependent, pada keorganismeannya. Wujud ini menampakkan diri dalam kesatuan pola berfikir, bertindak, tatacara, cita-cita dan semangat suatu masyarakat. Menurut teori ini, kebersamaan dan keseluruhan  sebagai satu totalitas lebih utama daripada bagian-bagian, jadi, masyarakat lebih utama daripada individu. Struktur sosial menjadi relative homogeny sebab individualitas pribadi lebur di dalam kebersamaan. Pelaksanaan aspek-aspek kehidupan melalui system lembaga-lembaga yang monolistis dan vertical. Artinya seluruh gerak mekanisme masyarakat terkoordinasi dan sentralisasi dari suatu kekuasaan  yang terpusat. Kekuasaan dan kehendak masyarakat terjelma dalam wujud masyarakat sebagai lembaga, dan bukan pada kehendak bebas individu-individu.
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme ialah:
a.       Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas hak, kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.
b.      Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totaliter, pendidikan berfungsi mewujudkan warga Negara yang ideal, dan bukan manusia sebagai individu yang ideal. Bahkan sebagaimana yang di katakan oleh  Brubacher:
“Oleh karena masyarakat itu adalah suatu keseluruhan sosial, maka Negara adalah satu keseluruhan. Karena itu tak mengherankan bahwa di dalam Negara totaliter pendidikan individu diabdikan bagi tujuan Negara. Seseorang dididiksebagai warganegara dan bukan sebagai seorang manusia  individu. Inilah sebagai sesuatu keharusan, sebab Negara merupakan nilai-nilai itu sendiri mempunyai nilai-nilainya/tujuan-tujuannya sendiri yaitu kebudayaan, agama, bahasa ekonomi , dan wilayah yang apabila terjadi pertentangan-pertentangan antara individu, maka Negara harus dianggap sebagai instansi yang tertinggi, karena Negara meliputi semua warganegara dan bukan bagi kepentingan individu atau golongan. Negara itu sendiri menjadi tujuan proses pendidikan. dan individu hanyalah alat untuk realisasi tujuan Negara. Pribadi individu harus diabdikan guna kepentingan yang lebih besar, dan harus mempunyai kesadaran sosial, yakni untuk Negara yang dalam ideology totaliter negaralah yang mengilhami dan member makna bagi hidup pribadi”[2].

3.      Teori integralistik
Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang mencerminkan kebersamaan menjadi satu totalitas, namun tak dapat di ingkari  realita manusia sebagai pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan, di dalam masyarakat. Adanya (eksisitansi) pribadi di dalam masyarakat sama dengan adnya suatu masyarakat. Dengan perkataan lain, jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu realita di dalam masyarakat, seperti halnya masyarakat pun adalah realita di antara bangsa-bangsa di dunia ini. Realita masyarakat sebagai macro, bukanlah kontradiksi atau bertentangan debgab realita pribadi sebagai micro. Bahkan antara keduanya saling mempengaruhi, dan komplementatif.
Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya dengan kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga yang sadar tentang status dirinya di dalam keluarga itu, sebagaimana ia menyadari tanggung jawab dan kewajibannnya atas integritas keluarga tersebut. Kehidupan keluarga, meskipun ada perbedaan-perbedaan status tisp-tiap anggotanya, tetapi sebagai satu keluarga mereka  adalah satu, sewajarnya tidak bertentangan dengan kepentingan dan terutama kehormatan dan martabat keluarga. Bahkan kehormatan anggota keluarga adalah kehormatan keluarga.
Mempertentangkan kedudukan dan kepentingan–kepentingan individu dengan masyarakat adalah tidak realistis. Masyarakat sebagai keseluruhan, sebagai satu totalitas sesuai dengan kewibawaannya sebagi macro sudah sewajarnya memiliki kekuasaan dan wewenang yang besar dan tinggi. Tetapi dari status demikian, masyarakat pun mengemban satu kewajiban dan tanggung jawab yang besar atas warga masyarakat. Sebagi lembaga, masyarakat mengemban kewajiban dan tanggung jawab sosial yang meliputi kepentingan dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Masyarakat harus mampu mengemban dan mewujudkan tanggung jawab sosial atas individu-individu. Karena masyarakat sesungguhnya menerima limpahan kepercayaan daripada tiap-tiap warga masyarakat untuk berfungsi sebagai pengayom warga masyarakat semuanya.
Kedudukan individu di dalam masyarakat sewajarnya di samping menyadari hak-hak asasi, kepentingan dan kedudukannya, terutama harus menyadari pula kewajiban dan tanggung jawab sosial. Hanya dengan keseimbangan, kesadaran dan penunaian masing-masing kewajiban antar sesamanya akan terwujud harmonisme, kesejahteraan lahir dan bathin. Individu adalah hidup dan berkembang di dalam masyarakat dan karena pengaruh antar hubungan sosial masyarakat. Sebaliknya masyarakat adalah berkembang dan berprestasi karena sumbangan-sumbangan warga masyarakat semua. Wujud masyarakat, kehadiran individu di dalam masyarakat, mekanisme sosial, antar hubungan sosial, dan antar aksi semuanya adalah realita dalam kehidupan umat manusia.
Kepentingan dan tujuan hidup individu, meskipun sangat bersifat pribadi, tak dapat di pertentangkan dengan kepentingan dan tujuan sosial. Sebab, tiap individu menyadari hak dan kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa kebebasan (kemerdekaan) dan hak-hak individu dengan sendirinya di batasi oleh kemerdekaan dan hak-hak individu lain di dalam masyarakat. Kesadaran atas nilai-nilai asasi demikian, merupakan dasar bagi tiap individu untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal. Tata kehidupan sosial yang berlatar belakang teori kekeluargaan ini di samping berorientasi kepad subyek(manusia) juga berpedoman atas asa-asas normatif. Asas normatif merupakan dasar terwujudnya harmonis di dalam masyarakat. Tetapi, pelaksanaan asas normative ini sudah tentu berbeda dengan yang berlaku di dalam masyarakat yang berlatar belakang pandangan filosofis atomisme atau organisme. Dalam masyrakat, menurut teori integralistik, asas kekeluargaan menjadi prinsip kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, baik individu maupun keseluruhan. Walaupun yang di utamakan pada hakekatnya adalah keseluruhan warga masyarakat, namum pandangan integralistik tak mengabaikan individu. Karena realitas yang wajar adalah menghormati pribadi sama dengan menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu totalitas.
C.    HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
Berdasarkan semua teori yang di uraikan di atas, nyatalah bahwa masyarakat merupakan satu realitas dalam tata kehidupan manusia. Tiap-tiap pribadi hidup di dalam suatu system sosial, dengan segala kondisi dan konsekuensi-konsekuensinya. Seluruh proses kehidupan manusia berlangsung di dalam masyrakat, sebagian untuk masyarakat di samping sebagian untuk dirinya sendiri. Dan pada dasrnya semua proses dalam kehidupan manusia adalah pelaksanaan asas-asas kesadaran hak-hak asasi dan kewajiban-kewajiban asasi  manusia.
Tingkat kesadaran akan hak-hak asasi, kemampuan menunaikan kewajiban adalah pelaksanaan fungsi kemanusiaandan fungsi sosial di dalam masyarakat adalah masalah pendidikan. Dalam pengertian  bagaimana manusia mampu menunaikan kewajiban di dalam kehidupan sosial ini sebagai masalah pendididkan, dengan ringkas di uraikan Prof. Thomson dalam bukunya:” Modern Pilosophy of Education”:
“Pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat, dan oleh beberapa ahli diberi batasan sebagai proses penyesuaian oleh pribadi untuk melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat”.[3]
Untuk melaksanakan antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat tiap individu memerlukan kesadaran-kesadaran nilai dan kecakapan-kecakapan tertentu. Untuk itu pasti diperlukan proses mengetahui, belajar, baik melalui pengalaman sehari-hari maupun melalui pendidikan formal. Dengan demikian tiap-tiap proses mekanisme di dalam masyarakat merupakan proses perkembangan pengaruh timbal balik yang di sebut edukatif effect. Membahas masalah-masalah masyarakat adalah meninjau manusia dalam kehidupan sosial. Dan oleh karena kehidupan itu sendiri pada dasarnya adalah perkembangan, maka bersamaan dengan perkembangan pribadi warga masyarakat itu , masyarakat pun sebagai totalitas mengalami pula proses perkembangan.
Sebagaimana kita ketahui, baik melalui ilmu jiwa maupun melalui ilmu pendidikan bahwa perkembangan kepribadian manusia ketingkat kematangan ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Maka sesungguhnya perkembangan masyarakat sebagi lembaga ditentukan pula oleh faktor-faktor tersebut. Artinya potensi-potensi masyarakat itu adalah sebagai faktor dalam dan kontak masyarakat itu dengan dunia luar dengan segala kebudayaannnya merupakan faktor luar, akan menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat. Sedemikian besar pengaruh masyarakat atau lingkungan keseluruhan terhadap perkembangan kepribadian diakui oleh teori konvergensi, bahkan  lebih-lebih oleh aliran empirisme dan pragmatisme.
Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju dan modern adalah masyarakat yang di dalamnya ditemuka suatu tingkat pendidikan yang baik, modern dan maju, baik dalam wujud lembaga-lembagnya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik. Dengan kata lain suatu masyarakat yang maju karena adanya pendidikan yang maju (kualitatif dan kuantitatif). Dan pendidikan yang modern hanya akan di temukan di dalam masyarakat yang modern pula. Sebaliknya masyarakat yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan, akan terbelakang, tidak hanya dari segi intelektual, tapi juga dari segi sosial cultural. Begitu pula jika penyelenggaraan dan system pendidikan di dalam masyarakat bersifat pasif dan konservatif, maka masyarakat sebagai warga masyarakat, sebagai hasil pendidikan akan relative tidak produktif dan kreatif.
Paling sedikit, apabila dalam suatu masyarakat nampak adanya lembaga-lembaga pendidikan yang modern dan lengkap, maka ada kecendrungan dan optimisme bahwa masyarakat tersebut dalam  waktu segera akan maju. Kenyataan ini tersimpul dalam kata-kata Prof.Richey sambil mengutip tulisan John Dewey:
“Di lain pihak, seseorang mungkin berpendapat baahwa pendidikan ialah metode fundamental untuk memajukan dan memperbarui masyarakat dan bahwa itu adalah sebagai masalah setiap orang yang berminat dengan dengan pendidikan untuk menggunakan sekolah sebagai alat utama dan paling efektif bagi memajukan dan memperbarui suatu masyarakat”.[4]
Dalam zaman modern sekarang tiap-tiap orang selalu menyadari peranan dan nilai pendidikan. Karena itu, setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif  berpartisipasi untuk membina pendidikan. Sebab pembinaan pendidikan yang ideal adalah pembinaan atas pribadi masyarakat yang ideal pula. Dan ini berarti pembinaan tat kehidupan sosial yang sejahtera lahir dan bathin. Aspek-aspek kebudayaan di dalam masyarakat seperti ilmu pengetahuan, hukum, nilai-nilai (demokrasi, moral, agama)dan sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh warga masyarakat melalui pendidikan. bahkan ilmu-ilmu tersebut sebagai wujud, system yang berkembang hanya tumbuh melalui lembaga-lembaga pendidikan.
Dari uraian dia atas, nampaknya hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif. Masyarakat maju karena pendidikan, dan pendidikan yang maju hanya akan di temukan dalam masyarakat yang maju pula. Tetapi bagaimanapun kita harus menyadari kedudukan masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat keseluruhan, adalah berfungsi sebagai subyek. Dari kesadaran subyekdengan segala potensi kondisi dan kepentingannya, manusia mengatur hidupnya dan menetapkan cita-citanya sendiri. Bagaimana kedudukan dan fungsi individu dengan segala aspek kepribadiannya di dalam masyarakat, di tentukan oleh pandangan filosofis. Oleh karena itu, latar belakang filosofis seseorang atas kedudukan individu amat besar peranannya. Pandangan filosofis teori itu sedemikian besar implikasinya dalam kehidupan manusia. Dari pandangan filosofis tentang masyarakat dan filosofis atas manusia yang merupakan titik tolak dalam seluruh persoalan kehidupan manusia. Dan apabila pandangan tersebut di analisa lebih mendalam, berarti titik tolak segala pandangan berawal dari subyek , yakni manusia sendiri sebagai pribadi atau sebagai masyarakat .
Dari beberapa dasar pertimbangan di atas, nyatalah masyarakat harus secara aktif menetapkan asas-asas pendidikan yang tersimpul di dalam filsafat pendidikan masyarakat. Untuk pedoman pelaksanaan pendidikan bangsa, maka pedoman pelaksanaan itu termaktub dalam UU Pendidikan.akan tetapi UU Pendidikan adalah pedoman operasional formal. Sedangkan filsafat pendidikan adalah pedoman filosofis ideal, asas-asas normatif yang fundamental yang bersifat tetap, sebagi sumber nilai dan sumber cita-cita.
  1. PERANAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Selain faktor pendidikan, masyarakat yang cenderung tidak begitu paham mengenai peran masyarakat dalam pendidikan biasanya melakukan beberapa hal yang tanpa disadari telah “mengganggu” kegiatan belajar mengajar. Berikut ini adalah beberapa perilaku masyarakat yang cenderung “menggangu” keberlangsungan dunia pendidikan di Indonesia.
1. Peran Masyarakat dalam Pendidikan - Memberikan "Perlindungan" yang Salah
Fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia satu ini masih sering terjadi.  Masih banyak masyarakat sekitar sekolah yang menampung anak terlambat sekolah untuk berdiam diri di rumah sampai waktu sekolah habis. Tanpa sadar, tanpa mengingatkan peserta didik, dan tanpa tahu yang dilakukannya pada peserta didik. Perbuatan masyarakat semacam ini akan menimbulkan dampak buruk terhadap proses pendidikan. Peran masyarakat dalam pendidikan yang harusnya dijalankan pun seolah dikesampingkan.
Peserta didik akan merasa terlindungi dan mendapat dukungan untuk tidak masuk sekolah. Perbuatan curang yang mestinya tidak dilakukan peserta didik akan dilakukan juga atas dukungan masyarakat sekitarlingkungan sekolah. Peserta didik seharusnya belajar bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Peran masyarakat dalam pendidikan dalam hal ini harusnya bisa memberikan contoh yang baik bagi siswa.
2. Peran Masyarakat dalam Pendidikan - Tidak Bertanggung Jawab pada Kesalahan
Kalaupun ada razia mendadak pada anak sekolah yang berkeliaran waktu sekolah tanpa izin, tentu tempat penampungan dadakan akan banyak. Rumah-rumah penduduklah yang menjadi sasaran sebagai tempat bernaung sementara sampai merasa aman. Tanpa sadar, masyarakat yang seperti ini sudah menanam pendidikan kepada peserta didik untuk menjadi seorang penjahat. Peran masyarakat dalam pendidikan lagi-lagi tersingkirkan.
Lari dari tanggung jawab dan bila dikejar harus sembunyi. Itulah pendidikan buruk masyarakat sekitar sekolah yang tujuannya melindungi peserta didik dari jeratan aturan sekolah. Padahal, pendidikan mengajarkan peserta didik untuk tidak lari dari tanggung jawab dan harus menghadapi risiko atas yang telah diperbuat. Peran masyarakat dalam pendidikan tidak dijalankan dengan baik dan semestinya.
  1. KEDUDUKAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dalam persfektif filsafat pendidikan Islam, proses saling belajar yang dapat berlaku di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang beragam.    
Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia, secara filosofis belajar yang paling sempurna adalah belajar dari kehidupan masyarakat, sebagaimana Rasullullah SAW. menyarankan untuk belajar dari kehidupan pasar karena di pasar ada kejujuran, kebohongan, kegembiraan, kepedihan, dsb. Belajarlah pada kejujuran karena dengan itu modal masuk surga.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam, yang diperoleh anak didik di bangku sekolah adalah agar dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan membentuk akhlak yang mulia sehingga dengan akhlak yang mulia akan terbangun masyarakat yang berakhlak mulia karena kemuliaaan masyarakat berawal dari kemuliaan akhlak individu yang membangunnya.
Hal tersebut menggambarkan bahwa konsep masyarakat dalam islam berawal dari 4 kondisi social yang menjadi faktor pendukungnya, yaitu:
1.      Adanya hukum asal bahwa manusia adalah umat yang  satu
2.      Telah terjadi perpecahan karena adanya perbedaan kepentingan individual dan kelempok
3.      Muncul tokoh manusia atau rosul yang membawa risalah dengan sumber ajaran yang berasal sesuatu yang diyakini (Tuhan) yang bermaksud mendamaikan manusia.
4.      Kunci dari perdamaian manusia adalah interaksi atau silaturrahim sebagai puncak keasatuan dalam keragaman, karena adanya keragaman maka kehidupan manusia menjadi fungsional.
Pola interaksi yang dibentuk secara institusional, pertama kali dipusatkan pada suatu bangunan yang menjadi tempat berkomunikasinya manusia muslim dengan Allah. Oleh karena itulah, Rasullullah SAW dalam perjuangan dakwahnya pertama-tama membengun mesjid, yakni mesjid nabawi. Mesjid adalah lembaga yang membangun interaksi timbale balik dengan kekuatan social dan kekuatan emisional keberagaman manusia.
Bentuk dan lingkungan sosial umat islam ditentukan oleh aktifitas keagamaannya sedangkan aktifitas tersebut bergantung pada dinamika masyarakat dalam memakmurkan mesjid sebagai pusat budaya muslim. Sejak Zaman nabi Muhammad SAW. sampai sekarang, mesjid adalah lembaga yang bukan hanya dijadikan tempat ritual, tetapi sebagai tempat bermusyawarah, menimba ilmu, menyamakan persepsi tentang kehidupan dunia dan akhirat, serta tempat yang sangat tepat untukpusat informasi dan komunikasi bermasyarakat.
Dengan pandangan diatas, kedudukan masyarakat dalam filsafat pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Masyarakat adalah sebagai guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi di dalamnya.
2.       Masyarakat adalah sebagai subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
3.      Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
4.      Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
5.      Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
6.      Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu berproses menjadi norma sosialdan norma social yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan.Tanpa ada norma sosial yang disepakati, sesungguhnya kehidupan tidak indah.[5]









BAB III
KESIMPULAN

*      Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan tertentu.
*      Pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat, dan oleh beberapa ahli diberi batasan sebagai proses penyesuaian oleh pribadi untuk melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat.
*      Berikut ini adalah beberapa perilaku masyarakat yang cenderung “menggangu” keberlangsungan dunia pendidikan di Indonesia:
ü   Peran Masyarakat dalam Pendidikan - Memberikan "Perlindungan" yang Salah.
ü  Peran Masyarakat dalam Pendidikan - Tidak Bertanggung Jawab pada Kesalahan
*      Kedudukan masyarakat dalam filsafat pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
ü  Masyarakat adalah sebagai guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi di dalamnya.
ü   Masyarakat adalah sebagai subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
ü  Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
ü  Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
ü  Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
ü  Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu berproses menjadi norma sosialdan norma social yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan.Tanpa ada norma sosial yang disepakati, sesungguhnya kehidupan tidak indah




DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Mudyaharjo,Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung:Remaja Rosdakarya.2004)
Syam, Mohammad Noor, filsafat pendidikan dan dasar filsafat pendidikan pancasila, Surabaya: Usaha Nasional,1986.
http/// partisipasi-masyarakat-dalam-pendidikan.html
http///peran-masyarakat-dalam-pendidikan.htm



[1] Mudyaharjo,Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya.2004) hlm.34
[2] Mohammad Noor Syam, filsafat pendidikan dan dasar filsafat pendidikan pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional,1986), hal 192
[3] Ibid, h.196
[4] Ibid, h.198
[5] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009.) hlm.51

Fungsi-fungsi Manajemen  


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Sesungguhnya banyak faktor-faktor lingkungan yang dapat diprediksi pada manajer, begitu pula sebagian lagi ada juga yang tak dapat diperkirakan karena informasi yang tidak lengkap dan perubahan begitu cepat di era global saat ini. Karen situ diperlukan perencanaan sebagai salah satu proses, aktivitas dan fungsi manajemen yang menentukan tindakan awal organisasi di dalam memberikan produk dan pelayanannya kepada pelanggan, atau klien yang membutuhkannya.[1]
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama (Dayat,n.d,pp.7-9).
manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain.




Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1.      Ada tujuan yang hendak dicapai
2.      Ada pemimpin (atasan)
3. Ada yang dipimpin (bawahan)
4. Ada kerja sama.

B.     RUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan latar belakang di atas maka dikemukan rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen?
  2. Apakah fungsi Manajemen dalam organisasi?

  1. TUJUAN
1.      Agar mahasiswa mengetahui arti manajemen
2.      Agar mahasiswa mengetahui fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi




BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN MANAJEMEN
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.

B.     FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.

 Dan ada beberapa pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen yaitu:[2]

No
                 Nama Para Ahli
Fungsi-fungsi Manajemen

1
Louis A. Allen
v  Leading
v  Planning
v  Organizing
v  Controlling

2
Prajudi Atmosudirdjo
v  Planning
v  Organizing
v  Directing,atau Actuating
v  Controlling.

3
John Robert B., Ph.D
v  Planning
v  Organizing
v  Commanding
v  Controlling

4
William H. Newman
v  Planning
v  Organizing
v  Assem-bling
v  Resources
v  Directing
v  Controlling

5
Dr. S.P. Siagian., M.P.A
v  Planning
v  Organizing
v  motivating
v  Controlling
6



James A.F.Stoner

v  Planning
v  Organizing
v  Leading
v  Controlling



Dari beberapa pendapat para penulis di atas dapat dikombinasikan, fungsi-fungsi
manajemen adalah sebagai berikut: [3]
1.Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pelaksanaan (Actuating/Directing)
4. Pengawasan (Controlling
)

a.      Perencanaan
                Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktifitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (perforemance) satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Mondy & Premeaux (1995 : 138) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan dicapai dengan membuat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para manajer di setiap level manajemen.
            Langkah selanjutnya dalam proses perencanaan adalah menciptakan rencana. Dalam hal ini rencana-rencana adalah pernyataan bagaimana sasaran dapat dicapai. Sedangkan perencanaan adalah suatu tugas yang setiap manajer, baik pada tingkat puncak, supervisor harus mengerjakannya. Suatu rencana harus dikembangkan untuk memberi pengertian kepada orang-orang tentang apa yang dilakukan agar supaya tujuan dapat dicapai sepenuhnya. Biasanya perencanaan lebih dari sekedar satu cara mencapai sasaran. Maka rencana menyatakan pendekatan yang mana harus diambil. Khususnya perencanaan harus menjawab pertanyaan berikut:[4]
  1. Aktivitas apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran
  2. Kapan seharusnya aktivitas ini dilaksanakan
  3. Siapakah yang bertanggung jawab mengerjakan kegiatan
  4. Dimana kegiatan itu sehrusnya dilaksankan
  5. Kapan seharusnya tindakan dicapai
*      Alasan Penting Perencanaan
ü  Upaya Koordinasi
ü  Mempersiapkan Perubahan
ü  Pengembangan Manajer
*      Tipe-tipe dalam Perencanaan[5]
§  Rencana-rencana strategic (Strategic plans) yang direncanakan memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas mengimplementasikan misalnya memberikan alasan khas keberadaan organisasi.
§  Rencana-rencana operasional (operational plans) merupakan penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik akan dicapai.
*      Proses Perencanaan
§  Menentukan tujuan perencanaan
§  Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
§  Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang
§  Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
§  Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya
*       Keuntungan perencanaan [6]
§  Perencanaan menimbulkan aktivitas-aktivitas yang teratur dan bermanfaat
§  Perencanaan memberikan dasar untuk pengawasan
§  Perencanaan merangsang prestasi kerja
§  Perencanaanmenimbulkan visualisasi tentang keseluruhan
§  Perencanaan memperkuat para manajer memikirkan masa depan
§  Perencanaan mengarahkan pengembangan standar kinerja yang memungkinkan kontrol manajemen lebih efektif
§  Proses formulasi rencana-rencana memperkuat manajemen membuat sasaran yang jelas
§  Perencanaan memungkinkan suatu organisasi mempersiapkan diri lebih baik terhadap pengembangan yang mendadak


*      Jenis Perencanaan
§  Misi
Misi adalah suatu bagian tujuan berkelanjutan, atau alasan bagi adanya perusahaan. Dalam hal ini misi adalah pernyataan misi adalah defenisi pernyataan yang secara luas dari sasaran dasar dan ruang lingkup suatu unit organisasi.
§  Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir aktivitas atau kegitan organisasi diarahkan atau ditujukan. Tujuan merupakan rencana organisasi yang paling dasar.
§  Strategi
Strategi merupakan rencana umum/ pokok untuk mencapai tujuan organisasi melalui alternatif pemilihan tindakan yang diperlukan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
§  Kebijakan
Kebijakan juga merupakan rencana karena merupakan pernyataan atau pemahaman umum yang membantu mengarahkan pengambilan keputusan.
§  Prosedur
Prosedur juga merupakan rencana karena menetapkan cara penanganan suatu aktivitas di masa mendatang. Prosedur lebih mengarahkan kepada tindakan, bukannya mengarahkan berpikir.
§  Aturan
Aturan merupakan rencana yang dipilih dari beberapa alternatif, dan harus dilakukan, atau tidak dilakukan.
§  Program
Program merupakan jaringan yang kompleks yang terdiri dari tujuan, kebijkan, prosedur. Aturan, penugasan, langkah-langkah yang harus dilakukan, alokasi sumber daya dan elemen lain yang harus dilakukan berdasarkan alternatif  tindakan yang dipilih.

§  Anggaran
Anggaran merupakan rencana yang dinyatakan dalam angka-angka. Anggaran di samping merupakan alat perencanaan, juga merupkan alat pengendalian.
b.      Pengorganisasian
            Dengan Organizing dimaksud mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.[7]
Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
*      Fungsi Tujuan Pengorganisasian
Ø  Pedoman pada kegiatan
Ø  Sumber Legitimasi
Ø  Standar Pelaksanaan
Ø  Sumber Motivasi
Ø  Dasar Rasional Pengorganisasian
*      Tipe Tujuan Pengorganisasian
Ø  Tujuan kemasyarakatan (societal goals)
Ø  Tujuan Keluaran (Output goals)
Ø  Tujuan sistem (system goals)
Ø  Tujuan Produk (product goals)
Ø  Tujuan Turunan (devided goals)
*      Strategi yang Digunakan Organisasi
Ø  Strategi Korperasi (corperate strategy) tujuannya pengalokasikan sumber daya untuk perusahaan secara total pada tingkat korporasi.
Ø  Strategi Bisnis (business strategy) untuk bisnis satu produk ini yang digunakan pada tingkat divisi.
Ø  Strategi fungsional (function strategy) untuk beroperasi yang digunakan pada tingkat fungsional seperti penelitian, pengembangan, sumber daya, manufaktur, dan pemasaran.
c.        Pelaksanaan
Directing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Directing merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
*      Pelaksanaan 6M + T
ü  Man (siapa, berapa jumlahnya, keahliannya apa)
ü  Money (Modal awal dalam bekerja untuk membeli peralatan)
ü  Methode (Tata cara kerja, prosedur kerja)
ü  Machine (Alat yang digunakan dalam bekerja)
ü  Material (Benda mati atau orang )
ü  Time (Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan produk )
*      Pelaksanaan Learning Contract
ü  Kontrak pembelajaran (learning contract) dilakukan pada pertemuan pertama sebagai tata tertib dalam kegiatan pembelajaran selama satu semester
ü  Kontrak pembelajaran dibuat berdasarkan kesepakatan antara dosen dan para mahasiswa
ü  Dalam pengambilan kesepakatan hendaknya dilakukan dengan cara musyawarah secara demokratis tanpa ada paksaan dari pihak manapun
ü  Dalam pengambilan kesepakatan dosen berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator
ü  Dosen menulis usulan-usulan yang disampaikan oleh para mahasiswa pada papan tulis atau media lain yang tersedia
ü  Dosen membacakan usulan-usulan para mahasiswa dan memintakan kesepakatan dari semua mahasiswa
ü  Kesepakatan yang dihasilkan secara umum berupa hal-hal yang sebaiknya dihindari oleh warga kelas baik para mahasiswa maupun dosen pengampu
ü  Dosen meminta kepada setiap mahasiswa untuk menulis ulang kesepakatan-kesepakatan tersebut ke dalam buku catatan mereka.
d.       Pengawasan
            Proses yang yang menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai dengan direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dengan pengawasan.[8]
            Untuk itu diperlukan pengawasan (control) dari para manajer atau administor. Proses pengawasan merupakan aktivitas penting dalam administrasi, khususnya untuk mengetahui hasil dari berbagai kegiatan dan tujuan organisasi.
            Pengawasan yang efektif haruslah memenuhi tiga kondisi dasar yaitu:
  1. Adanya standar yang menyatakan hasil yang ideal
  2. Adanya informasi yang menunjukkan penyimpangan antara hal yang actual dengan standar hasil
  3. Tindakan perbaikan terhadap penyimpangan tertentu antara hal yang diinginkan dan apa yang dicapai
Sedangkan metode pengawasan menurut Ivancevic dan Matesson (2002) dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
  1. Pre control, yaitu metode pre control meningkatkan kemungkianan bahwa hasil actual masa depan akan membandingkan hal menyenangkan dengan hasil-hasil yang direncanakan. Metode precontrol lain adalah melibatkan manusia, modal, dan sumberdaya financial
  2. Concurrent Control, adapun terdiri dari tindakan utama yang ditampilkan oleh supervisor yang secara langsung merupakan bawahannya.
  3. Umpan Balik (feed back) yaitu mengawasi dari umpan balik dengan melihat hasil kerja sebagai dasar memperbaiki tindakan berikutnya .
Dengan menggunakan metode tersebut, maka diharapkan sebenarnya rencana yang dilanksanakan dapat terkendali, sehingga mencapai tujuan dengan hasil yang memuaskan.
*      Fungsi Pengawasan[9]
§  Eksplanasi pengawasan
Menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan public dan program yang dicanangkan berbeda.
§  Akuntasi pengawasan
Menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntasi atas perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu
§  Pemeriksaan pengawasan
Membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran  maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka.
§  Kepatuhan pengawasan
Bermanfaat untuk menentukan apakah dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar atau prosedur yang dibuat oleh legistor, instantsi pemerintah dan atau lembaga professional.

*      Maksud dan Tujuan pengawasan
§  Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak
§  Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.
§  Mengetahi penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana awal terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang direncanakan
§  Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program
§  Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
*      Tujuan dari Fungsi Pengawasan
§  Adaptasi lingkungan
§  Meminimalkan kegagalan
§  Meminimumkan biaya
§  Mengantisipasi kompleksitas dari organisasi
*      Jenis-jenis Pengawasan
§  Pengawasan ekstern dan intern
§  Pengawasan preventif dan represif
§  Pengawasan aktif dan pasif
§  Pengawasan kebenaran formil menurut hak dan kebenaran materil mengenai maksud dan tujuan pengeluaran.
*      Sifat-sifat Pengawasan
§  Politik
§  Yuridis
§  Administratif
§  Fungsional
§  Mayarakat
§  Ekonomis
§  Moril dan susila
*      Tipe-tipe Pengawasan
§  Pengawasan pendahuluan
§  Pengawasan pada saat kerja berlangsung
§  Pengawasan feed back
*      Macam-macam Pengawasan
§  Waktu pengawasan
§  Objek pengawasan
§  Subjek pengawasan
§  Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan
*      Langkah-langkah Pengawasan
§  Menciptakan standar
§  Membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar
§  Melakukan tindakan koreksi
*      Tahap-tahap dalam Proses Pengawsan[10]
§  Perubahan dilingkungan organisasi, melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi
§  Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi maka semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal atau hati-hati.
§  Kesalahan- kesalahan, sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut menjadi kritis
§  Kebutuhan manajer untuk menelegasikan wewenang bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahan, tanggung jawab atas itu sendiri tidak berkurang. Satu tugas untuk dapat menentukan apakah bawahan telah melaksanakan tugas-tugas yang telah dilimpahkan.








BAB III
KESIMPULAN
Ø Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur
Ø Beberapa pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen yaitu:

No
Nama Para Ahli
Fungsi-fungsi Manajemen
1
Louis A. Allen
v  Leading
v  Planning
v  Organizing
v  Controlling

2
Prajudi Atmosudirdjo
v  Planning
v  Organizing
v  Directing,atau Actuating
v  Controlling.

3
John Robert B., Ph.D
v  Planning
v  Organizing
v  Commanding
v  Controlling

4
William H. Newman
v  Planning
v  Organizing
v  Assem-bling
v  Resources
v  Directing
v  Controlling

5
Dr. S.P. Siagian., M.P.A
v  Planning
v  Organizing
v  motivating
v  Controlling

6
James A.F.Stoner
v  Planning
v  Organizing
v  Leading
v  Controlling



Ø  Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
1.Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pelaksanaan (Actuating/Directing)
4. Pengawasan (Controlling
)



DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, Nasrul Syakur. Manajemen Organisasi. Medan : Citapustaka Media Perintis. 2010
Rahmat, A.A. Manajemen Suatu Pengantar. Bandung: Remadja Karya CV.1986
Susmini dan Rifa’I, Muhammad. Teori Manajemen. Bandung : Citapustaka Media. 2007
Sulaksana, Uyung. Management Perubahan. Yogyakarta: 2003
Syafri, Sofyan. Manajemen Kontemporer. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 1996
Terry, George.R.  Asas-asas Manajemen. Bandung: Alumni. 1986
Terry, George R. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 1999
Widjaya, A.W Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: PT.Bina Aksara.  1987
Yahya, Yohanes. Pengantar Manajemen. Jakarta: Graha Ilmu. 2006



[1] Susmani, M.Pd dan Muhammad Rifai, M.Pd, Teori Manajemen, (Bandung: Citapustaka Media, 2007) hlm. 62
[2] A.W.Widjaya, Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta: PT.Bina Aksara, 1987), hlm 13
[3] George R.Terry, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara),  hlm. 15
[4] Ibid, hlm. 67

[6] George.R.Terry, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Alumni,  1986), hlm 187
[7] Agus Sabari, Manajemen Pengantar, (Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2001), hlm 86
[8] Yohanes Yahya, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006) hlm, 133
[9] Nasrul Syakur Chaniago, Manajemen Organisasi, (Medan: Citapustaka Media Perintis, 2011) hlm.

[10] Ibid, hlm.